Resensi buku 7 Langkah Menguasai Emosi Negatif karya Ken Lindner
Pikiran Rakyat | Kamis, 23 Januari 2014 | Lusiana Dewi
Ketika seseorang melihat adanya suatu kejadian yang menyedihkan, sontak dia akan merasa sedih. Ketika dia menjumpai sebuah hal yang membuatnya sakit hati, bisa jadi dia akan marah. Akan tetapi ketika dia melihat hal yang menyenangkan, tentunya dia akan merasa bahagia. Pada beberapa hal itulah emosi memainkan peranannya. Emosi terkadang menjadi hal yang wajar-wajar saja, tetapi juga harus hati-hati karena terkadang emosi menjadi tidak terkontrol.
Ketika kita tidak mampu mengendalikan emosi kita, yang muncul adalah sifat-sifat kita yang negatif. Terkadang kita membenci seseorang karena sebuah kesalahan kecil, bahkan kita tidak memaafkannya sehingga kita bermusuhan. Kita juga bisa saja meluapkan emosi kita dengan kemarahan yang menjadi-jadi saat kita tidak mampu menguasai keadaan yang sangat membahayakan. Dengan demikian, emosi terkadang atau bahkan sering kali mampu mengendalikan kita, bukan kita yang mengendalikan emosi.
Pelepasan emosi yang tak terkendali tersebut mampu membuat diri kita sendiri yang rugi. Bisa saja semangat dan energi positif kita akan hancur karena emosi yang tidak terkendali. Bisa juga kita justru berada pada suatu keadaan yang membahayakan diri kita dan orang lain karena luapan kemarahan kita yang emosional tanpa kontrol. Untuk itulah, kita harus selalu bisa menguasai emosi kita.
Ken Lindner dalam buku yang berjudul “7 Langkah Menguasai Emosi Negatif” ini memberikan jurus jitu kepada kita untuk menguasai emosional kita yang terkadang kita lepaskan tanpa aturan. Emosi negatif yang mampu menjerumuskan kita pada suatu keadaan yang “negatif” hendaknya bisa kita kuasai sehingga kita terbebas darinya dan mampu memunculkan energi positif untuk berbuat hal-hal yang positif pula.
Buku ini kaya dengan motivasi yang renyah. Tidak berlebihan jika gagasan-gagasan yang dikemukakan Ken Lindner ini merupakan mediasi yang menjadi penyelamat kita dalam mengatur dan mengontrol emosi, terlebih lagi emosi negatif. Dalam hal ini, kita disuguhi dengan teori terapan yang telah terbukt agar kita bertindak dengan intelektualitas kita yang jernih, tidak hanya mengedepankan emosi yang terkadang mampu menjebak manusia pada posisi yang sangat membahayakan.
Untuk itu, perlu membaca berbagai peristiwa, orang-orang, dan hal-hal yang berada di sekitar kita untuk mengklarifikasi emosional kita. Tidak hanya itu, harus kita kenali pula segala hal yang membuat kita merasa benci, marah, sedih, takut, suka, bahagia, senang, dan berani. Hal itu menjadi alasan utama dalam berbagai tindakan yang nantinya mampu memengaruhi psikis kita, emosi kita. Sikap yang kita perlukan untuk menghindari emosi negatif yang terkadang muncul dalam suatu kondisi adalah kita harus menguasa emosi tersebut dan mendorong dari dalam diri kita kemudian kita ubah menjadi sekutu sewaktu kita membuat pilihan hidup yang urgen.
Mengenal lingkungan yang berpengaruh pada diri dan psikis kita merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal itu memicu muatan energi terkuat kita yang dihasilkan untuk membantu dan menggerakkan kita mengalahkan dan menetralisasi muatan energi dan emosi membahayakan yang dapat mengacaukan penilaian intelektual terbaik kita. Oleh karenanya, dengan mengetahui lingkungan yang memengaruhi kita, maka kita akan menemukan Personal Emotional Triggers (PETs). PETs adalah emas dan kebenaran. Emas mencakup tujuan dan impian yang sangat berarti. Inilah yang paling memotivasi dalam kehidupan. Sementara itu, kebenaran adalah visi tentang kehidupan yang sangat kita dambakan bagi diri sendiri dan sosok yang paling ingin kita wujudkan dalam diri. PETs ini memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menghancurkan pola perilaku yang membahayakan sehingga kita pun bebas untuk membuat pilihan hidup yang sesuai emas dan kebenaran (hlm. 53).
Sementara itu, sikap antisipatif juga menjadi hal yang sangat penting ketika kita telah mengenal lingkungan yang telah berpengaruh pada diri kita. Sikap antisipatif inilah yang menjadi “benteng pertahanan” kita dalam “berperang” melawan emosi negatif yang berbahaya. Sikap antisipatif ini merupakan sebuah tuntutan bagi kita untuk mempelajari segala hal buruk yang kemungkinan bisa terjadi sehingga kita bisa menghadapinya dengan siap siaga.
Mengoreksi terhadap berbagai hal juga perlu dilakukan. Hal itu untuk mengidentifikasi berbagai kesalahan yang pernah kita perbuat. Mengakui kesalahan merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengakui kesalahan, kita akan berefleksi dan instrospeksi diri untuk menjadikan kesalahan tersebut sebuah pelajaran yang sangat berharga sehingga kita tidak akan lagi jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Dengan demikian, penting untuk mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan dalam menentukan pilihan hidup di masa lalu agar kita dapat menyusun rencana yang tepat dan lebih menguntungkan untuk menghadapi kesempatan serupa di masa mendatang (hlm. 105). Kesalahan di masa lalu ibarat sebuah pengalaman, dan pengalaman adalah guru yang berharga bagi kita untuk menapaki rel kehidupan ini.
Buku yang ditulis oleh Ken Lindner ini merupakan gagasan yang hebat. Dengan konsep dan teori yang sistematis, buku ini akan menuntun kita agar mampu menguasai emosi negatif yang pada dasarnya bisa menjerumuskan kita dalam lubang kehancuran. Ketika kita telah merealisasikan tujuh langkah yang disistematisasi oleh Ken Lindner tersebut, hasilnya, pada saat mendesak kita pun bebas dari emosi yang berbahaya sehingga mampu membuat pilihan hidup sesuai dengan kebenaran yang sangat berharga (hlm. 139).
Melalui buku tersebut, Ken Lindner mengajak kita untuk bisa mengontrol diri dengan membebaskan diri dari emosi negatif. Hal itu untuk membuat kita mampu memilih jalan hidup terbaik bagi kita sehingga kita bisa menciptakan kehidupan yang baik dan bernilai positif.
System.String[]