You are here Info Buku Kehidupan Seksual di Dunia Arab
JA slide show

Kehidupan Seksual di Dunia Arab

Kehidupan Seksual di Dunia Arab

rimanews.com | Selasa, 21 Januari 2014 | Fatmawati Ningsih

 

Shereen El Feki penulis buku ini mengajak kita membaca ulang data statistik penderita AIDS. Lewat penelitiannya yang mendalam, perempuan keturunan Mesir-Inggris dan aktivis AIDS, membeberkan realitas yang cukup mengejutkan dalam masyarakat Arab. Kondisi yang terjadi belakangan ini, menurut dia, mirip dengan peradaban Barat ketika berada di ambang revolusi seksual, yang tidak lagi mengurung wacana seksualitas dalam ruang Privasi. Tembok-tembok pembatas ranah privat-publik itu perlahan mulai keropos.

Fenomena seks komersial di kawasan al-Batniyya, Kairo, merupakan contoh dimana para sharamiit-bahasa slang Arab Mesir untuk menyebut pelacur-banyak bertebaran untuk melayani kebutuhan pelanggan, termasuk para mahasiswa Universitas al-Azhar.

Yang cukup mengejutkan adalah soal seksualitas di kalangan remaja. Sejumlah penelitian di beberapa negara Arab, seperti Tunisia, Maroko, Aljazair, Libanon, dan Yordania, menyatakan sepertiga kaum lelaki pernah melakukan hubungan pranikah. Sedangkan perempuan yang pernah melakukannya terdata sebanyak 80 persen. Sekalipun banyak yang menyangsikan data tersebut.

Semua pergeseran nilai itu selalu berada dalam sebuah tegangan yang beririsan dengan norma agama, tradisi, kebudayaan, politik, dan ekonomi. Struktur itu berkelindan dalam relasi kekuasaan lelaki-perempuan, yang muda-tua, serta pemerintah dan warga. Dalam tegangan itulah muncul kebutuhan untuk mendefinisikan ulang identitas dan orientasi seksual, peran gender, keintiman, dan persoalan reproduksi. Seks menjadi cerminan dari berbagai kondisi yang menyebabkan adanya peneguhan atau perlawanan atas sistem nilai tertentu.

Sheeran El Feki, yang mengajukan buku Seks dan Hijab: Gairah dan Intimitas di Dunia Arab yang Berubah, mengajak pembaca melihat dunia Arab melalui perubahan-perubahan pandangan dan tindakan merujuk ke seks, asmara, pernikahan, agama, identitas, politik. Peristiwa akbar di Lapangan Tahrir (Mesir) menjadi perhatian dunia. Ratusan ribu orang, selama sekian hari, berkumpul untuk melantunkan suara-suara kebebasan, keadilan, demokrasi. Lapangan itu mirip papan iklan untuk berbagai misi. Apakah seks turut disuarakan di Lapangan Tahrir ada bersama revolusi?

Kita bakal menemukan persoalan-persosalan seks dengan berbagai argumentasi di buku Shereen. Pembacaan buku-buku dan pengakuan orang-orang di dunia Arab menjadi kumpulan informasi mengejutkan. Petuah-petuah ulama mengajak umat untuk melindungi diri dari ajaran seks Barat. Shereen mengutip pandangan Sayyid Qutb sebagai representasi pandangan konservatif tentang seks. Qutb menganggap Barat adalah “jamban kekacauan seksual” dan “kebusukan moral”. Pandangan ini mulai mendapat tantangan dari generasi mutakhir, berbarengan dengan revolusi politik dan dominasi teknologi Internet. Seks perlahan menjadi tema cair, mengubah selera dan pemaknaan. Seks telah meresap ke dunia Arab dengan aroma Barat, bercampur adat dan agama.

Di Mesir, seks adalah persoalan pelik, mulai urusan pernikahan sampai perzinaan. Selama gerakan revolusi di Lapangan Tahrir, ada Poster ganjil berisi seruan kaum muda: ‘Aku ingin menikah!’. Seruan ini disuarakan kaum revolusioner. Mengapa? Pernikahan di Mesir selalu memunculkan gelisah dan kehormatan, merujuk ke pelaksanaan ajaran agama, Adat, anutan modernitas.

Keputusan menikah mesti dibarengi dengan berbagai modal, dari iman sampai uang. Pernikahan memang menjalankan ajaran agama Islam, tetapi mengikutkan beban berat. Beban itu bernalar konsumerisme. Hasrat menikah memerlukan uang, berdalih demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan berlatar adat. Kaum revolsuioner pun berseru agar ada revolusi seks dan pernikahan. Urusan seks di dunia Arab dijalankan institusi keluarga, negara, perusahaan, media massa. Bisnis seks dan pernikahan mulai menjalar di dunia Arab. Shereen El Faki melaporkan ada bisnis perjodohan, pelacuran, pernikahan kontrak, konsultasi seks, program seks di televisi, perbukuan seks, situs seks. Semua memberi aroma dalam lakon seks dan pernikahan.

Buku Seks dan Hijab sudah mengajukan berbagai kisah dan penjelasan, meski tak pernah tuntas. Lakon seks terus bergerak dan berubah. Shereen El Faki mengakui buku Seks dan Hijab bukan bahasan terakhir mengenai seks di dunia Arab. Buku ini menjadi langkah awal pada sebuah titik balik dalam sejarah dunia Arab. Kisah-kisah revolusi masih berlangsung di dunia Arab. Kita pun menginsafi dunia Arab mutakhir tak cuma revolusi politik. Lakon revolusi seks juga terjadi, mulai dari ranjang sampai peristiwa-peristiwa di ruang publik.

Buku ini bukan untuk menambah buku lain yang mengkritik soal betapa maskulinnya seks dan politik di Arab, buku ini hanya menyajikan fakta yang terjadi. Penelitian kualitatif selama lima tahun ini patut diapresiasi karena secara utuh bisa menghadirkan referensi untuk menggali pembentukan kehidupan seksual di Mesir dan transformasinya. Meskipun begitu detail, faktuai, dan informatif,Shereen menolak buku ini sebagai sebuah ensikiopedia.

 

 

System.String[]